Dolanan Tradisional

DI RUMAH tampak sepi. Hari minggu Ruroh beristirahat di rumah. Ibu Ruroh dari tadi pagi belum pulang dari pergi ke pasar. Di teras rumah, Ruroh sedang berbincang dengan Azizah. Ruroh dan Azizah teman akrab satu kampung. Ruroh dan Azizah juga satu kelas sehingga bisa belajar dan bermain bersama. Apalagi rumah Ruroh dan Azizah berdekatan.

“Sekarang teman-teman banyak yang membeli handphone. Tambah keren, ya?” ucap Azizah.

“Mungkin,” jawab Ruroh singkat.

“Di handphone itu juga ada permainannya. Coba kalau saya punya handphone, saya bisa bermain menggunakan handphone,” lanjut Azizah.

“Ya sih, tapi sebenarnya handphone itu digunakan sebagai alat komunikasi. Agar lebih wah, maka dilengkapi dengan fasilitas seperti permainan,” tutur Ruroh.

“Kamu mau beli handphone?” tanya Azizah.

“Beli handphone?” Ruroh balik bertanya.

***

“Saat sekarang handphone memang banyak digunakan. Handphone memang memudahkan komunikasi. Tidak seperti telepon rumah, handphone bisa dibawa kemana-mana. Tapi, handphone bisa membuat dolanan tradisional anak-anak tidak dimainkan lagi. Karena ada permainan di handphone, banyak yang lebih suka berlama-lama menatap layar handphone,” terang Bu Piko di kelas pada hari Senin, masuk sekolah setelah libur Minggu kemarin.

“Anak-anak masih ada yang suka bermain dakon?” tanya Bu Piko.

“Ya, Bu. Saya sering kali bermain dakon dengan ibu saya. Ibu yang mengajari saya bermain dakon. Kalau ibu membeli sawo, isi sawo itu saya kumpulkan untuk bermain dakon, Bu” jawab Ruroh.

“Ruroh pasti senang bisa bermain dakon dengan ibu. Permainan dakon memang biasa dilakukan perempuan. Selain dakon juga ada bola bekel. Permainan yang menggunakan enam buah biji dan sebuah bola. Tapi, ya itu tadi, permainan seperti itu sudah menghilang. Anak-anak zaman sekarang lebih suka main play station dan game di handphone. Sekarang anak-anak perempuan juga sudah jarang pasaran. Dulu ibu dengan teman-teman ibu suka pasaran, permainan seperti situasi di pasar,” terang Bu Piko.

“Di zaman ibu banyak permainan ya Bu,” tanya Azizah.

“Ya, ada juga petak umpet. Kadang disebut delikan.”

“Maaf, Bu. Bagaimana kalau kita lakukan saja permainan-permainan itu, Bu?” Azizah memotong penjelasan Bu Piko. “Azizah tampaknya bingung kalau tidak dipraktikkan langsung,” lanjut Azizah.

“Boleh. Ibu senang kalau anak-anak masih mau melakukan permainan anak-anak ini. Bagaimana kalau besok kita bermain dakon? Yang di rumah punya peralatan dakon bisa dibawa ke sekolah untuk bermain bersama. Ada banyak permainan tradisional lain yang pastinya anak-anak akan tertarik,” kata Bu Piko tampak ceria.

“Ya, Bu. Besok dakon di rumah saya akan saya bawa ke sekolah. Kata ibu saya, banyak permainan tradisional yang mengajarkan kita untuk bersosialisasi dengan orang lain. Kalau play station atau game lainnya yang ada sekarang cenderung membuat malas dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain,” kata Ruroh yang dibiasakan ibunya untuk tidak meninggalkan dolanan tradisional.
HENDRA SUGIANTORO, 20/10/08