PERJALANAN hidup adalah keniscayaan. Ketika kita memasuki ruang kehidupan, setiap waktu selalu menghadirkan pilihan. Aneka pilihan yang terhampar mengajak setiap diri kita untuk memberanikan diri menentukan keputusan. Entah tepat atau tidak, keputusan atas pilihan juga menghendaki setiap diri kita untuk berani menghadapi konsekuensinya.
Di atas perjalanan hidup, setiap diri kita memutuskan pilihan. Kendati demikian, pilihan kita tak selamanya harus bertahan. Ada kalanya setiap diri kita menyadari ketidaktepatan pilihan dan kemudian memutar haluan. Hal ini bukan berarti kita kurang berpegang teguh pada pilihan, namun menandakan proses mencaritemukan pilihan tepat yang tak berhenti seiring perjalanan hidup kita.
Antara pilihan dan keteguhan sikap itu ada sebuah keberanian. Keteguhan sikap ini bukan melulu bertahan pada pilihan. Jika pun pilihan yang telah diputuskan tidaklah tepat , keputusan untuk mengambil pilihan lain juga sebentuk keberanian. Dalam menjalani kehidupan, setiap diri kita memang dituntut memiliki keberanian mencaritemukan pilihan terbaik, pilihan yang benar-benar terbaik.
Setiap keputusan atas pilihan kita tentu telah dipikirkan. Dalam setiap keputusan atas pilihan itulah tersimpan cita-cita besar. Lebih dari itu, kehidupan adalah kenyataan. Jika kenyataan dalam kehidupan ini menyodorkan pilihan-pilihan, keputusan kita untuk memilih berjuang adalah hal utama.
Sekali lagi, keputusan untuk memilih dan keteguhan sikap atas pilihan adalah sebentuk keberanian. Begitu pula keberanian kita untuk mencaritemukan dan mengambil pilihan dengan segenap konsekuensinya. Dari keberanian-keberanian itu, sikap dasar yang perlu kita miliki adalah keberanian kita untuk berjuang dalam setiap keputusan atas pilihan kita.
Ya, di setiap medan kehidupan ini, setiap diri kita adalah pejuang. Pejuang yang berani mencaritemukan dan berpegang teguh pada pilihan terbaik untuk kemudian tak surut mewujudkan segala mimpi dan cita-cita.
Ya, kita adalah pejuang dalam hidup ini. Kewajiban asasi seorang pejuang, berjuang lagi tanpa pernah redup. Di jalan utama tak surut berjuang meskipun harus terkapar meraih cita. Kepada masing-masing diri kita, salam perjuangan. (*)
HENDRA SUGIANTORO
(Rumah Pena Yogyakarta)
Di atas perjalanan hidup, setiap diri kita memutuskan pilihan. Kendati demikian, pilihan kita tak selamanya harus bertahan. Ada kalanya setiap diri kita menyadari ketidaktepatan pilihan dan kemudian memutar haluan. Hal ini bukan berarti kita kurang berpegang teguh pada pilihan, namun menandakan proses mencaritemukan pilihan tepat yang tak berhenti seiring perjalanan hidup kita.
Antara pilihan dan keteguhan sikap itu ada sebuah keberanian. Keteguhan sikap ini bukan melulu bertahan pada pilihan. Jika pun pilihan yang telah diputuskan tidaklah tepat , keputusan untuk mengambil pilihan lain juga sebentuk keberanian. Dalam menjalani kehidupan, setiap diri kita memang dituntut memiliki keberanian mencaritemukan pilihan terbaik, pilihan yang benar-benar terbaik.
Setiap keputusan atas pilihan kita tentu telah dipikirkan. Dalam setiap keputusan atas pilihan itulah tersimpan cita-cita besar. Lebih dari itu, kehidupan adalah kenyataan. Jika kenyataan dalam kehidupan ini menyodorkan pilihan-pilihan, keputusan kita untuk memilih berjuang adalah hal utama.
Sekali lagi, keputusan untuk memilih dan keteguhan sikap atas pilihan adalah sebentuk keberanian. Begitu pula keberanian kita untuk mencaritemukan dan mengambil pilihan dengan segenap konsekuensinya. Dari keberanian-keberanian itu, sikap dasar yang perlu kita miliki adalah keberanian kita untuk berjuang dalam setiap keputusan atas pilihan kita.
Ya, di setiap medan kehidupan ini, setiap diri kita adalah pejuang. Pejuang yang berani mencaritemukan dan berpegang teguh pada pilihan terbaik untuk kemudian tak surut mewujudkan segala mimpi dan cita-cita.
Ya, kita adalah pejuang dalam hidup ini. Kewajiban asasi seorang pejuang, berjuang lagi tanpa pernah redup. Di jalan utama tak surut berjuang meskipun harus terkapar meraih cita. Kepada masing-masing diri kita, salam perjuangan. (*)
HENDRA SUGIANTORO
(Rumah Pena Yogyakarta)